Selasa, 31 Maret 2015

Konservasi Arsitektur Stasiun Kereta Api Jakarta Kota

Konservasi Arsitektur Stasiun Kereta Api Jakarta Kota

            Stasiun Kereta Api Jakarta Kota, dikenal pula sebagai Stasiun Beos Beos kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur), sebuah perusahaan swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh. Versi lain, Beos berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinya Batavia dan Sekitarnya, dimana berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan Kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan lain-lain.
            Beos adalah stasiun kereta api yang berusia cukup tua di Kelurahan Pinangsia, Kota Tua Jakarta dan ditetapkan oleh Pemerintah Kota sebagai cagar budaya. Stasiun ini adalah satu dari sedikit stasiun di Indonesia yang bertipe terminus (perjalanan akhir), yang tidak memiliki kelanjutan jalur.
            Keberadaannya pada saat ini diributkan karena hendak direnovasi dengan penambahan ruang komersial. Padahal, stasiun ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, selain bangunannya kuno, stasiun ini merupakan stasiun tujuan terakhir perjalanan. Seperti halnya Stasiun Surabaya Kota atau Stasiun Semut di Surabaya yang merupakan cagar budaya, namun terjadi renovasi yang dinilai kontroversial.
            Sebenarnya, masih ada nama lain untuk Stasiun Jakarta Kota ini yakni Batavia Zuid yang berarti Stasiun Batavia Selatan. Nama ini muncul karena pada akhir abad ke-19, Batavia sudah memiliki lebih dari dua stasiun kereta api. Satunya adalah Batavia Noord (Batavia Utara) yang terletak di sebelah selatan Museum Sejarah Jakarta sekarang. Batavia Noord pada awalnya merupakan milik perusahaan kereta api Nederlandsch-Indische Spoorweg, dan merupakan terminus untuk jalur Batavia-Buitenzorg. Pada tahun 1913 jalur Batavia-Buitenzorg ini dijual kepada pemerintah Hindia Belanda dan dikelola oleh Staatsspoorwegen. Pada waktu itu kawasan Jatinegara dan Tanjung Priok belum termasuk gemeente Batavia.


BIOGRAFI
Sang Arsitek Stasiun: Ir. FJL Ghijsels
Sang Arsitek Riwayat singkat FJL Ghijsels di bawah ini disarikan dari buku drs. H. Akihary, Ir. F.J.L. Ghijsels, Architect in Indonesia (1910 – 1929) (halaman 14-23). Pada tanggal 8 September 1882 di sebuah kota kecil di Jawa Timur, Tulung Agung, lahirlah seorang anak yang bernama Frans Johan Louwrens Ghijsels. Kedua orang tuanya adalah warga Belanda yang menetap di Indonesia. Tidak diketahui pasti apa pekerjaan sang ayah di negeri ini, dan kapan tepatnya mereka kembali ke Belanda. Namun yang pasti pada tahun 1903 Ghijsels terdaftar mengambil studi Arsitektur di Sekolah Tinggi Teknik Delft (kini Universitas Teknik Delft). Ketika kuliah Ghijsels memiliki kemampuan menggambar di atas rata rata mahasiswa angkatannya. Pada tahun 1909 pemuda Ghijsels berhasil menyelesaikan studinya, dan mendapatkan gelar diploma teknik.

Sejarah Stasiun Kota

          Pada masa lalu, karena terkenalnya stasiun ini, nama itu dijadikan sebuah acara oleh stasiun televisi swasta. Hanya saja mungkin hanya sedikit warga Jakarta yang tahu apa arti Beos yang ternyata memiliki banyak versi.

Yang pertama, Beos kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur), sebuah perusahaan swasta yang  menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh. Versi lain, Beos berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinyaBatavia dan Sekitarnya, dimana berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan Kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg(Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan lain-lain.




Stasiun Kereta Api Jakarta Kota Saat ini

            Bangunan bersejarah ini kini tidak terlihat seperti bangunan yang harus dipertahankan bentuk aslinya, jika kita melihat didalam stasiun ini kita bisa melihat banyak toko yang semestinya bisa dipertahankan bentuk aslinya tanpa harus digunakan untuk komersil.
Padahal jika kita bisa menjaga keaslian Stasiun ini banyak mendatangkan devisi kunjungan cagar budaya yang masih aktif karena masih bisa digunakan fungsinya.
Semoga kedepannya Stasiun Beos ini akan lebih baik lagi pengelolaannya supaya masyarakat bisa menikmati serta mengetahui sejarah Stasiun tersebut bukan hanya untuk tempat aktifitas tapi juga sebagai kunjungan bangunan bersejarah.

(sumber: http://kynpraha.blogspot.com/2012/07/konservasi-arsitekur-stasiun-kereta-api.html )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar