Stasiun
Kereta Api Jakarta Kota, dikenal pula sebagai Stasiun Beos Beos kependekan dari
Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia
Timur), sebuah perusahaan swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh.
Versi lain, Beos berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinya Batavia
dan Sekitarnya, dimana berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi
kereta api yang menghubungkan Kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie
(Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang),
dan lain-lain.
Beos
adalah stasiun kereta api yang berusia cukup tua di Kelurahan Pinangsia, Kota
Tua Jakarta dan ditetapkan oleh Pemerintah Kota sebagai cagar budaya. Stasiun
ini adalah satu dari sedikit stasiun di Indonesia yang bertipe terminus
(perjalanan akhir), yang tidak memiliki kelanjutan jalur.
Keberadaannya
pada saat ini diributkan karena hendak direnovasi dengan penambahan ruang
komersial. Padahal, stasiun ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, selain
bangunannya kuno, stasiun ini merupakan stasiun tujuan terakhir perjalanan.
Seperti halnya Stasiun Surabaya Kota atau Stasiun Semut di Surabaya yang
merupakan cagar budaya, namun terjadi renovasi yang dinilai kontroversial.
Sebenarnya,
masih ada nama lain untuk Stasiun Jakarta Kota ini yakni Batavia Zuid yang
berarti Stasiun Batavia Selatan. Nama ini muncul karena pada akhir abad ke-19,
Batavia sudah memiliki lebih dari dua stasiun kereta api. Satunya adalah
Batavia Noord (Batavia Utara) yang terletak di sebelah selatan Museum Sejarah
Jakarta sekarang. Batavia Noord pada awalnya merupakan milik perusahaan kereta
api Nederlandsch-Indische Spoorweg, dan merupakan terminus untuk jalur
Batavia-Buitenzorg. Pada tahun 1913 jalur Batavia-Buitenzorg ini dijual kepada
pemerintah Hindia Belanda dan dikelola oleh Staatsspoorwegen. Pada waktu itu
kawasan Jatinegara dan Tanjung Priok belum termasuk gemeente Batavia.
BIOGRAFI
Sang Arsitek Stasiun: Ir. FJL Ghijsels
Sang Arsitek
Riwayat singkat FJL Ghijsels di bawah ini disarikan dari buku drs. H. Akihary,
Ir. F.J.L. Ghijsels, Architect in Indonesia (1910 – 1929) (halaman 14-23). Pada
tanggal 8 September 1882 di sebuah kota kecil di Jawa Timur, Tulung Agung,
lahirlah seorang anak yang bernama Frans Johan Louwrens Ghijsels. Kedua orang
tuanya adalah warga Belanda yang menetap di Indonesia. Tidak diketahui pasti
apa pekerjaan sang ayah di negeri ini, dan kapan tepatnya mereka kembali ke
Belanda. Namun yang pasti pada tahun 1903 Ghijsels terdaftar mengambil studi
Arsitektur di Sekolah Tinggi Teknik Delft (kini Universitas Teknik Delft).
Ketika kuliah Ghijsels memiliki kemampuan menggambar di atas rata rata
mahasiswa angkatannya. Pada tahun 1909 pemuda Ghijsels berhasil menyelesaikan
studinya, dan mendapatkan gelar diploma teknik.
Sejarah
Stasiun Kota
Pada masa lalu, karena
terkenalnya stasiun ini, nama itu dijadikan sebuah acara oleh stasiun televisi
swasta. Hanya saja mungkin hanya sedikit warga Jakarta yang tahu apa arti Beos yang
ternyata memiliki banyak versi.
Yang
pertama, Beos kependekan dari Bataviasche Ooster
Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur),
sebuah perusahaan swasta yang menghubungkan
Batavia dengan Kedunggedeh. Versi lain, Beos berasal dari kata Batavia
En Omstreken, yang artinyaBatavia dan Sekitarnya, dimana berasal
dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan
Kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg(Bogor), Parijs
van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan
lain-lain.
Stasiun
Kereta Api Jakarta Kota Saat ini
Bangunan bersejarah ini kini tidak
terlihat seperti bangunan yang harus dipertahankan bentuk aslinya, jika kita
melihat didalam stasiun ini kita bisa melihat banyak toko yang semestinya bisa
dipertahankan bentuk aslinya tanpa harus digunakan untuk komersil.
Padahal
jika kita bisa menjaga keaslian Stasiun ini banyak mendatangkan devisi
kunjungan cagar budaya yang masih aktif karena masih bisa digunakan fungsinya.
Semoga
kedepannya Stasiun Beos ini akan lebih baik lagi pengelolaannya supaya
masyarakat bisa menikmati serta mengetahui sejarah Stasiun tersebut bukan hanya
untuk tempat aktifitas tapi juga sebagai kunjungan bangunan bersejarah.
(sumber: http://kynpraha.blogspot.com/2012/07/konservasi-arsitekur-stasiun-kereta-api.html
)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar